Jumat, 02 Mei 2014

Belajar Meneladani Ajaran Buddha 64



Tanya Jawab Seputar Belajar Meneladani Ajaran Buddha 64

Pertanyaan :

Apakah yang dimaksud dengan Buddha Dharma yang murni? Apakah kita harus memiliki sikap “hanya tahu bercocok tanam, jangan tanya panennya”?

Master Chin Kung Menjawab :

Pertanyaan ini tidak jelas. Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini, Beliau sudah tahu akan kondisi ajaran saat kini, maka itu sebelum Buddha memasuki Parinirvana, mengajari kita “Empat Andalan Dharma”, (Catvari Pratisaranani), yakni mengajari kita pada masa kini, bagaimana cara untuk membedakan Buddha Dharma yang murni.

Kalimat pertama dari “Empat Andalan Dharma” adalah mengandalkan Dharma dan tidak boleh mengandalkan orangnya. Dharma itu apa? Yakni sutra. Ketika kita mendengar ceramah Dharma, harus mendengarnya dengan seksama, apakah yang dia ceramahkan sama dengan apa yang tertera dalam ajaran sutra, jika tidak sama, maka jangan mendengarnya. Setiap ucapan dan tindakan, harus menuruti ajaran sutra, menuruti apa yang diajari Buddha, ini barulah Buddha Dharma yang murni.

Kalimat kedua dari “Empat Andalan Dharma” adalah mengandalkan makna yang tersirat dan bukan mengandalkan isi yang tersurat, alasannya adalah karena Mara sekarang sudah terlalu banyak, dapat menggoda kita, masih berkata bahwa apa yang kami (Master Chin Kung) ceramahkan adalah bukan Buddha Dharma murni.

Contohnya di dalam Ajaran Sukhavati hanya ada mengeliminasi karma terlahir ke Alam Sukhavati, tidak ada membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, pernyataan ini telah menggemparkan praktisi pelafal Amituofo di seluruh dunia, sehingga meresahkan hati mereka.

Masih teringat ketika saya pergi ke Los Angeles, California, Upasaka Zhou Xuan-de menjemputku di bandara, saat di mobil dia bertanya padaku : “Master Chin Kung, celaka! Ada orang yang membuat pernyataan bahwa tidak bisa membawa karma serta terlahir ke Alam Sukhavati, bagaimana ini? “

Saya menjawab : “Kalau memang tidak bisa membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, maka kita tidak usah terlahir ke Alam Sukhavati”.  Upasaka Zhou Xuan-de tidak paham ucapanku, maka saya menjelaskan padanya, andaikata membawa serta karma tidak bisa terlahir ke Alam Sukhavati, maka di Alam Sukhavati hanya tinggal Buddha Amitabha seorang diri dan kesepian.

Meskipun  di dalam sutra tidak tampak kalimat “membawa karma serta terlahir ke Alam Sukhavati”,  namun maknanya jelas ada. Apakah di Alam Sukhavati ada empat tingkatan tanah suci dan sembilan tingkatan bunga teratai? Ada, ini tercantum di dalam sutra. Empat tingkatan tanah suci dan sembilan tingkatan bunga teratai adalah menunjukkan besar kecilnya karma yang dibawa serta itu tidak sama, maka itu di dalam Alam Sukhavati, jika karma yang dibawanya itu banyak maka tingkatannya juga rendah, demikian juga jika karma yang dibawanya sedikit maka tingkatannya tinggi, maka itu harus mengandalkan makna yang tersirat dan bukan mengandalkan isi yang tersurat.

Dan hingga kini masih banyak yang meragukan Sutra Usia Tanpa Batas hasil himpunan Upasaka Xia Lian-ju, dan mengharuskan membaca versi terjemahan. Di dalam kata sambutan pada buku sutra, Upasaka Xia Lian-ju telah menjelaskan bahwa beliau berharap buku sutra hasil himpunannya dapat menuntun para praktisi untuk membaca lima versi terjemahan.

Tetapi, andaikata harus membaca lima versi terjemahan, maka harus membaca keseluruhannya, jika kurang satu buku, maka maknanya takkan sempurna. Sedangkan versi himpunan Upasaka Xia Lian-ju, telah mencakup keseluruhan intisari dari lima versi terjemahan.

Pada masa sebelumnya, juga sudah ada praktisi yang berusaha menghimpun Sutra Usia Tanpa Batas,  contohnya hasil himpunan dari Upasaka Wang Long-shu dan Upasaka Wei Mo-shen, namun karya mereka masih belum sempurna, maka itu Upasaka Xia Lian-ju menghimpun untuk ketiga kalinya, menggunakan waktu selama tiga tahun baru berhasil. Setelah berhasil, beliau menggunakan waktu selama tujuh tahun untuk terus menyempurnakannya, keseluruhannya adalah sepuluh tahun barulah selesai.

Jujur saja, Upasaka Xia Lian-ju adalah jelmaan Buddha dan Bodhisattva, kami yakin padanya, dengan membaca hasil himpunannya berarti telah membaca keseluruhan lima versi terjemahan, bukankah ini sungguh praktis! Dengan mempergunakan hasil himpunan Upasaka Xia Lian-ju, maka ini sudah sempurna.

Maka itu harus menfokuskan diri pada satu pintu Dharma, melatihnya berkesinambungan, barulah kita bisa berhasil, lagipula belajar Ajaran Buddha harus ada seorang guru, saya belajar pada Guru Li Bing-nan, Guru Li Bing-nan belajar pada Master Yin Guang, ini adalah silsilah guru, ditambah dengan keyakinan yang teguh, kita takkan melangkah di jalan yang salah.




問:請問什麼是真正的佛法?我們是否應該採取「只問耕耘,不問收穫」的態度?

答:這個問題問得很含糊。世尊在世時就已知道我們現今的世道,所以在入滅之前,教給我們四依法,就是教我們在現前時代,如何辨別真正的佛法。四依法的第一句「依法不依人」。法是什麼?經典。當我們在聽法師講經說法時,要仔細聽,他講的是否與經典相應,如果不相應,就不要聽。一切所說、所行都要依據經典、依據佛陀的教誨,那才是真正的佛法。

四依法的第二句「依義不依語」,原因是現在的魔太多,會來誘惑我們,還說我們講的不是真正佛法。譬如有人說淨土裡只有消業往生,沒有帶業往生,這就震撼了全世界的念佛人,搞得人心惶惶。記得我那次到洛杉磯時,周宣德老居士到機場迎接我,在車上就問我:「法師,不得了!有人提出帶業不能往生,怎麼辦?」我聽後告訴他:「帶業既然不能往生,那我們就不要往生了。」老居士聽不懂,我就再告訴他,如果帶業不能往生,西方世界只有阿彌陀佛孤家寡人一個。觀音菩薩、大勢至菩薩都是等覺菩薩,等覺菩薩還有一品生相無明沒破,那一品生相無明就是業。

以經上雖然看不到「帶業往生」這四個字,但意思卻有。西方世界有沒有四土三輩九品?有,這是經上有說到的。四土三輩九品,就是帶業多少不一樣,所以在西方世界裡,帶業多就品位低,帶業少的就品位高,所以一定要依義不依語,也就是要聽佛話,而不要聽魔話。

另外就是還有不少人懷疑《無量壽經》會集本,說這本會集本不如法,一定要讀原譯本。夏蓮居老居士在會集本的序文裡就已經說明,他希望這個本子能引導大家去念五種原譯本。不過,要念五種原譯本,必須完全念到,缺少一本,則意思不足。而會集本是集五種原譯本之大成,包括了五種原譯本的精要。《無量壽經》過去有人會集,有王龍舒居士及前清的魏默深居士的會集本,但是採取的不夠完整、精確,所以夏蓮居居士才做第三次的會集,用了三年的時間才會集成功。會集成功之後,又用七年的時間,不斷地在修訂,總共是十年的時間才完工。

  老實講,夏老居士是佛菩薩再來,我們對他要具足信心,讀這一本,等於讀五種原本,你說這多方便!用這個會集本來受持,就很圓滿。所以一定要一門深入,長時間的薰修,我們才會有成就,而且學佛一定要講究師承,我是跟李炳南老居士學的,李老居士是跟印光大師學的,我們有師承,再加上堅定的信心,我們絕對不會走錯路。21-081-0001